Kancil dan Buaya



Rasa ngelak yang tak tertahankan membuat Sang Kancil singgah sebentar ke Sungai Winongo. Baru saja kakinya diturunkan ke tepian air, dan kepalanya ditundukkan untuk minum – Blurrrrp!! kakinya terjepit oleh sesuatu.

Setelah diamat-amati ternyata seekor buaya telah menyergap kakinya. Seketika keringat dingin telah membasahi tubuh Sang Kancil. Terbayang dirinya bakalan dibawa buaya menyelam ke dasar sungai untuk dijadikan makan malam beserta keluarganya. Pfuhhhh!!

Sang Kancil berusaha keras menenangkan diri, dan mulai mencari jalan agar lolos dari cokotan mulut buaya.

“Hai Buaya yang gagah! Dengarkan aku. Kamu pasti pernah mendengar betapa lazatnya daging kancil. Tak ada duanya di dunia!”

Buaya diam saja sambil mengeratkan gigitannya.

“Daging kancil begitu harumnya, sehingga siapa saja yang memakannya, keringatnya akan berbau harum selama 40 hari. Keharuman khas kancil yang akan dikenali siapa saja dari jarak ratusan meter”.

Buaya nampak mulai tertarik dengan kata-kata kancil.

“Tapi dengar kata-kataku ini. Aku sedang dalam perjalanan ke Alas-Roban untuk menemui Kancilman yang ditugaskan untuk menghukumku. Kancilman ini super-jagoan andalan raja.

Berkat jubahnya dia bisa terbang secepat rajawali dan hidungnya mampu mengenali bau semua jenis kancil dari jarak seratus kilometer. Sia-sia saja aku coba larikan diri. Makanya aku sengaja datang menemui dirinya”.

Buaya tambah tertarik dengan kata-kata Sang Kancil sehingga menggoyang-goyangkan kepalanya.

“Sebulan lalu saat raja berkunjung ke hutan ini, aku telah membuat anak raja sakit dengan memberinya suguhan tikus clurut. Sakitnya makin lama makin bertambah parah dan kudengar dia mati seminggu yang lalu. Nampaknya Kancilman diutus membawaku ke istana untuk di hukum gantung. Tapi paling cepat dia akan sampai kesini dua hari lagi”

Buaya benar-benar tertarik dengan kata-kata Sang Kancil sehingga matanya berkedip-kedip.

“Sayangnya Si Kancilman ini rabun penglihatannya, sehingga dia hanya mengenali sasaran dari baunya. Aku khawatir dirimulah yang akan dibawa menghadap raja, karena bau dagingku akan melekat di tubuhmu selama 40 hari”

Buaya tampak mulai merasa takut.


“Okey karena aku lebih suka mati dimakan buaya daripada dihukum gantung dihadapan ribuan kancil, aku akan memberitahu cara mengatasinya.”

mata Buaya tampak bersinar-sinar mendengar ada jalan keluar yang ditawarkan Sang Kancil untuk menghindari incaran Kancilman utusan raja.



“Bila dagingku dimakan 40 ekor buaya, bau tubuhku hanya bertahan 1 hari. Dirimu akan selamat dari incaran Kancilman karena dia aru akan datang lusa. Saat itu bauku telah hilang”.

Buaya dengan antusias menggoyang-goyangkan ekornya.

“Teman-temanmu juga akan berterimakasih padamu karena dihadiahi daging kancil yang lezatnya tiada tara. Akan lebih mudah bagi dirimu untuk terpilih menjadi raja buaya di sungai ini”

“Kudengar raja buaya telah mati sebulan lalu dan belum ada penggantinya. Aku rasa buaya kuning yang gagah seperti kamu dengan mudah akan membuat buaya-buaya kelabu terkagum-kagum pada kedermawananmu”.

“Dengarlah rahasiaku ini! Daging kancil akan membuat kulit buaya jadi kinclong! Mengkilat seperti emas! Walaupun teman-temanmu yang berkulit kelabu juga akan mengkilat setelah memakan dagingku, hanya kamulah yang paling bersinar. Itu karena kulitmu berwarna kuning keemasan”

Si Buaya dengan hati berbunga-bunga memukul-mukulkan ekornya ke air.

“Tiada buaya yang lebih pantas menjadi raja buaya selain buaya kuning yang kulitnya bersinar bak emas murni. Buaya gagah perkasa yang dermawan membagi-bagi daging lezat pada semua rakyatnya”

Gubraak!, Buaya tidak sabar lagi ingin memanggil teman-temannya.

“Baiklah, panggillah teman-temanmu dan suruh mereka berbaris dari sini ke seberang sungai. Aku sendiri yang akan memastikan jumlah kalian tidak kurang dari 40 ekor” kata Si Kancil singkat.


Singkatnya ada 40 ekor buaya yang berbaris dari sisi sungai ke sisi seberangnya. Sang kancil dengan lincahnya meloncat dari satu buaya ke buaya berikutnya hingga berhasil menyeberang sungai. Kemudian dia melompat ke atas tebing yang tidak dapat dijangkau buaya sambil tersenyum girang.

Tentu saja buaya-buaya marah sekali merasa ditipu. Mereka berteriak-teriak menyebut Sang Kancil sebagai penipu tengik. Disebutnya Sang Kancil binatang kacau, tukang tipu-tipu, tukang manipulasi dan musuh buaya nomor satu.

Namun dengan anggunnya Sang Kancil mendengarkan semua kata-kata puluhan buaya di bawahnya. Kemudian setelah mereka diam, Sang Kancil mulai menjawab tuduhan mereka.

“Dengar para buaya. Musuh kalian yang terbesar bukanlah aku. Tapi dua sifat lemah pada karakter buaya. Kalian bangsa buaya gampang dimanipulasi oleh siapa saja dengan memanfaatkan dua lubang besar pada karakter kalian” kata Sang Kancil.

“Hari ini aku berbaik hati membagi pengetahuanku tentang ilmu jiwa buaya. Pengetahuan yang lebih berharga daripada seribu daging kancil. Apalagi hanya daging kancil kurus seperti aku”. lanjut Sang Kancil

“Ada dua lubang besar pada karakter kalian. Dua lubang yang membuat kalian mudah dihipnotis ataupun dimanfaatkan. Pertama adalah kebutuhan yang berlebihan atas rasa aman yang membuat kalian gampang ditakut-takuti dan kedua adalah rasa tamak yang membuat kalian gampang diiming-imingi”

seru para buaya.

“Kalian para buaya gampang banget ditakut-takuti. Saat aku bilang ada Kancilman yang akan mencari siapa saja yang berbau kancil, kalian dengan cepat menjadi ketakutan. Padahal kalian adalah para monster sungai yang gagah perkasa”

“Ketahuilah setelah rasa takut kalian berhasil ku-bangkitkan, kalian akan segera menyambar semua solusi yang aku tawarkan. Kalian tidak banyak berpikir lagi karena terhipnotis pada rasa aman yang aku janjikan”.



“Kalian begitu takutnya terhadap penderitaan, sehingga kalian gampang dimanipulasi dengan tawaran perlindungan. Andai kalian berjiwa jantan dan siap menghadapi penderitaan, kalian tidak akan mudah ditakut-takuti”.

“Kalian juga tamak dan mudah diiming-imingi. Saat aku menawarkan imbalan yang luar biasa dengan sedikit usaha, kalian dengan cepat tertarik. Dengar kau Buaya Kuning! Aku menawarkan kekuasaan menjadi raja buaya dan kecantikan kulit yang cemerlang hanya dengan sedikit usaha, yaitu memakan daging kancil. Bukankah hal itu tidak masuk akal!.”

“Hal yang tidak masuk akal dapat kalian terima bukan semata-mata karena mulut manisku. Namun juga karena nafsu kalian untuk mendapatkan sesuatu tanpa bersusah payah. Aku memanipulasi kalian dengan menunggangi nafsu untuk memiliki sesuatu dengan mudah -- yang pada kondisi normal harus kalian raih dengan susah payah”

“Aku leluasa menghipnotis akal sehat kalian karena kalian tidak sadar bahwa buaya gampang diiming-imingi! Andai kalian sadar bahwa para buaya gampang tertarik pada jalan pintas, kalian akan segera waspada saat aku datang dengan tawaran indah yang tidak masuk akal!”

suara buaya melemah setelah menyadari kebenaran kata-kata Sang Kancil.

“Kalian tidak usah bersedih dengan dua kelemahan itu. Dengarlah mulai sekarang kalian sudah memiliki bekal berharga, yakni kebijaksanaan Sang Kancil. Aku telah membantu kalian mengenal diri sendiri. Kalian para buaya yang gagah perkasa, yakinlah bahwa kalian ditakdirkan untuk selalu berjuang menutupi dua lubang besar pada karakter kalian itu!"

para buaya perlahan-lahan bubar meninggalkan Sang Kancil sambil mengingat-ingat dua lubang besar pada karakter mereka (undil)




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hymne dan Mars Kota Tepian

Roro Jonggrang (asal Mula Candi Sewu)

MTS Model Samarinda Nama Sekolah Baruku